Tadkiroatun.id – Kitab-kitab itu, yang berbulan tidur pulas di almari buku
kini berteriak minta dibaca, minta dimaknai
ribuan kata jengah berjatuhan, berserakan, berlarian
adakah yang bersembunyi atau hilang mengentah?
Al Maidah 51, riuh gemuruh melanda ruang-ruang sepi di gubug sayup
masih ada secangkir kopi kombor dan pisang goreng telanjang
suara knalpot, dan tek-tek mie godog memanggil
masih, semua masih, hingga bah medsos menenggelamkannya
Al Maidah 51, kini seperti gerbang puluhan cabang
cabang mana yang benar menjadi teka-teki zaman
mungkin menjadi Roma, siapa pun bisa menjangkaunya
mungkin menjadi maze, jalan tunggal bagi semesta.
Al Maidah 51, mungkin aku harus mengaji lagi di langgar kulon
tentang halal haram yang sering kulihat berayun seperti pendulum
konteks yang sering kubaca sebagai warna-warni pelangi
dunia dipenuhi ambigu, membuat kepala dan dada beradu.
Al Maidah 51, sontak memapas bersama lautan putih di Monas
bersama wajah-wajah jernih, berjajar pasrah diguyur hujan Jum’at itu
tak mampu lagi kucari makna kebenaran di kamusku
Dadaku kini mudah berdesir dan terharu
*** Yogyakarta, Rep.021216 = 190420 ***
Ket gb. harian-riau