Belajar Jarak Jauh Versi Manual

0
542

Tadkiroatun.id – Kondisi darurat Covid-19 menimbulkan banyak masalah pembelajaran jarak jauh. Permasalahan utama adalah ketidaksiapan sekolah, guru, dan orang tua dengan sarana (komputer, handphone, dan jaringan internet) serta penguasaan aplikasi belajar online. Banyak guru yang belum tersentuh teknologi belajar online dan banyak siswa yang tidak memiliki sarana belajar online. Banyak guru dan siswa yang mengalami hal seperti ini.

Kunjungan Bergilir
Adalah Ami, sebut saja begitu, berasal dari keluarga miskin. Selama musibah Corona ini mereka mengalami hambatan belajar jarak jauh. Ami dan ibunya tidak mempunyai handphone apalagi laptop. Ketika teman-temannya ber-WA ria, berzoom ria, bergoogle classroom ria, Ami belajar di meja multifungsi, satu-satunya meja di rumahnya. Ami beruntung karena sekolah menerapkan sistem belajar jarak jauh kunjungan bergilir. Tiap Senin dan Kamis Guru mengantar bahan ajar dan PR. Sekolah juga meminjamkan buku yang harus dibaca sendiiri. Jika ada yang tidak dapat dipahami, Ami bertanya kepada Guru yang datang dan guru menjelaskan secara singkat.

Ada berapa Ami di Indonesia? Jawabnya, banyak. Belajar jarak jauh versi manual ini banyak terjadi. Di daerah pedesaan dan siswa ekonomi lemah, belajar jarak jauh dilakukan melalui cara-cara manual seperti ini. Guru-guru mengirimkan materi ke guru piket. Guru piket mengeprint dan mengopi sejumlah anak yang belajar manual. Guru piket keliling ke beberapa rumah. Semua dilakukan dengan hati-hati dan sesuai protokol.

Piket Sekolah
Fenomena belajar jarak jauh versi manual juga ditemukan di beberapa sekolah perkotaan. Di antara sekian ratus anak, terdapat beberapa anak kurang mampu. Pihak sekolah cukup tanggap. Guru menyediakan lembar materi ajar dan latihan soal, lalu orang tua mengambil. Mula-mula hal ini berlangsung tiap hari.  Setiap pagi orang tua  ke sekolah untuk mengambil bahan materi ajar dan latihan soal sekaligus menyerahkan hasil latihan siswa sebelumnya. Meskipun berat, orang tua bersemangat melakukannya.

Foto: Kukik Setiawan

“Ini sudah kewajiban saya, Bu. Biar anak jadi jadi orang”

Kini, dengan kondisi darurat yang semakin berisiko, pihak sekolah menyiasati melalui akumulasi materi dalam beberapa hari. Orang tua memberikan reaksi yang berbeda. Ada yang bersedia akumulasi 1 minggu, ada pula yang menginginkan seminggu dua kali, bahkan ada yang menginginkan materi ajar setiap hari. Sekolah melayani semua dengan baik. Tujuannya satu, agar anak tetap belajar dalam kondisi apa pun.

Layanan Total
Ami juga punya guru, Bu Ken namanya. Bu Ken guru sepuh dan enak sekali kalau mengajar. Anak-anak mudah memahami apa yang diterangkannya. Bu Ken juga dekat dengan anak-anak. Sayangnya, Bu Ken tidak akrab teknologi, tepatnya gaptek. HP Bu Ken hanya untuk telepon saja, tidak pernah sms atau WA. Masa darurat Covid-19 ini, Bu Ken menyiapkan materi ajar secara manual.  Ia menulis sendiri dan membuat latihan soal. Tulisan Bu Ken rapi. Guru muda membantunya mengetik dan men-share ke grup kelas. Proses menjadi agak ribet karena ada aktivitas antar-jemput bahan ajar ke rumah Bu Ken. Meskipun demikian, proses belajar di rumah selanjutnya berjalan lancar.

Foto koleksi Cabang

Memasuki minggu ketiga, anak-anak mulai protes. Mereka ingin mendengar suara Bu Ken. Terpaksa Bu Ken melayani telpon anak-anak. Ketika bahan ajar disertai penjelasan Bu Ken melalui video-call, anak-anak menjadi lebih memahami materi ajar. Anak-anak senang, namun Bu Ken menjadi sangat sibuk. Anak-anak terus menelponnya, menanyakan materi pelajaran tanpa kenal waktu.

Bu Ken tidak sendiri. Ada beberapa guru seperti Bu Ken, guru yang tidak akrab dengan keypad handphone, tidak mahir ber-WA, tidak paham aplikasi meeting online tetapi mahir menjelaskan pada anak-anak. Bu Ken sudah berusaha memberikan yang terbaik di masa-masa sulit seperti ini. Membersamai anak-anak sepanjang hari, meski hanya melalui telepon dan video call, bukanlah hal yang bisa dilakukan banyak orang. Ya, itulah layanan total pada masa-masa sulit seperti sekarang ini. Semua guru berusaha berkiprah, berusaha berbenah, dan berusaha memberikan yang terbaik meskipun dengan cara manual seperti Bu Ken. Semua demi anak-anak Indonesia.

Cat: foto koleksi cabang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here