Bermain dan Permainan Anak (Buku UT)

0
410

Tadkiroatun.id – Dunia anak merupakan dunia bermain. Bermain mempunyai berbagai macam bentuk dan manfaat. Setelah melakukan aktivitas bermain, anak akan memperoleh pengetahuan yang baru yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya. Perkembangan tersebut berlangsung tahap demi tahap sesuai usia anak. Perkembangan bermain secara tidak langsung menunjang perkembangan fisik anak. Akan tetapi, untuk dapat melakukan aktivitas bermain anak juga memerlukan fisik yang sehat.

            Pada mulanya, kemampuan anak terbatas pada kemampuan untuk menyentuh, memegang, dan menggenggam suatu benda. Kemudian, anak mulai menginvestigasi fungsi dari benda yang ia genggam, yaitu melalui meremas, mengayun, membanting, atau memasukkannya ke dalam mulut. Anak pada usia di bawah lima tahun (balita) sudah memulai kegiatan bermainnya secara mandiri. Namun, secara umum mereka masih memiliki rasa ego yang tinggi sehingga mereka enggan berbagi alat permainan dengan siapa pun. Selain itu, mereka akan cepat tertarik dengan hal-hal yang baru baginya, tetapi juga mudah bosan dengan aktivitas yang sering ia temui. Pada usia yang lebih dewasa, balita sudah mulai membuka diri untuk berbagi dengan orang-orang di sekitar mereka sehingga muncul tindakan mengamati dan meniru. Selain itu, kemampuan eksplorasi anak juga lebih berkembang.

            Tahapan-tahapan perkembangan bermain anak berlangsung secara berkelanjutan dan terus-menerus. Tidak dianjurkan untuk mengikat anak dengan aktivitas-aktivitas yang terjadwal dan cenderung akademis. Anak perlu diberikan kebebasan untuk melakukan aktivitas bermainnya demi perkembangan kognitif, sosial, motorik, emosi, dan bahasanya. Tahapan perkembangan bermain menurut Marianne Lowe (via Garvey, 1990) adalah sebagai berikut.

  • Usia 9 bulan, anak berkemampuan menggenggam benda-benda yang ada di dekatnya dan akan memasukkannya ke dalam mulut. Setelah memasukkannya ke dalam mulut, ia akan mengayun atau membanting benda itu. Kemudian, ia ambil, ia periksa, dan ia banting kembali atau ia masukkan ke dalam mulut kembali.
  • Usia 12 bulan, anak akan menginvestigasi suatu benda dengan melihat, membengkokkan, atau meremasnya sebelum melakukan sesuatu terhadap benda itu. Ia mungkin akan meletakkan sendok ke dalam mulutnya, meletakkannya ke dalam cangkir, atau meletakkan cangkir ke dalam cawan. Akan tetapi, secara umum kegiatan yang dilakukan anak masih seputar memasukkan benda  ke dalam mulut, membantingnya, atau mengayunkannya.
  • Usia 15 bulan, tindakan memeriksa dan menginvestigasi benda dilakukan anak secara konsisten dan lebih tepat. Pada usia ini, anak sudah berkemampuan mendorong truk-trukan dan memainkan boneka agar dapat berdiri.
  • Usia 21 bulan, anak akan mencari suatu benda untuk dimainkannya bersama benda lain. Misalnya, setelah meletakkan cangkir di atas cawan, ia akan mencari sendok lalu mengaduk-aduk dan pura-pura meminumnya. Ia akan meminumkannya pada mulut boneka, menyisir rambut boneka secara perlahan, atau menaikkannya dalam truk-trukan.
  • Usia 24 bulan, anak akan memainkan boneka secara lebih realistis. Ia akan memberi makan dan menidurkannya setelah makan siang. Ia juga akan menyisir rambut dan meletakkan boneka itu ke dalam truk-trukan.
  • Usia 30—36 bulan, anak akan memindahkan boneka dan membuatnya dapat mengambil cangkir serta meminumnya. Mencuci dan mengeringkan piring, lalu menyimpannya. Seolah-olah boneka juga dapat menyikat rambutnya sendiri. Beberapa hal ini memberikan gambaran tentang kemampuan anak dalam melakukan sesuatu dari boneka yang dimainkannya. Perkembangan penting lainnya yang dialami adalah sebagai berikut.
    • Anak dapat membedakan pola dari suatu tindakan pada setiap objek sehingga anak dapat menyesuaikan tindakan secara tepat. Misalnya, anak dapat beralih kebiasaan dari yang biasa memasukkan sesuatu ke dalam mulut dari genggaman tangan menjadi mulai menggunakan sendok untuk memasukkannya ke dalam mulut.
    • Anak dapat mengombinasikan fungsi objek secara bersama-sama seperti memasangkan cangkir, cawan, dan sendok yang memiliki keterkaitan fungsi.
    • Anak dapat menempatkan pola tindakan secara berurutan dan berkaitan. Misalnya, ia dapat menghubungkan runtutan aktivitas memasak,  makan, dan mencuci.
    • Anak mulai menerapkan pola tindakan untuk dirinya sendiri dan orang lain. Misalnya, ia dapat menyisir rambutnya sendiri kemudian ia menyisir rambut ibunya.
    • Anak menghadirkan objek-objek yang tepat untuk menyesuaikan pola tindakan yang dilakukannya. Misalnya, ia akan pura-pura mengaduk-aduk kopi dengan sendok mainan.
    • Anak mulai mengubah fungsi suatu objek dan disesuaikan dengan tindakan yang dilakukannya. Misalnya, anak akan menggunakan mainan penggaruk sebagai sendok untuk mengaduk kopi secara pura-pura.

            Berdasar penjabaran tahapan bermain di atas diketahui bahwa anak dapat memperoleh perkembangan dalam dirinya dari kegiatan bermain yang amat sederhana. Misalnya, dengan membanting suatu benda, ia akan memperoleh konsep baru, yaitu dari bunyi yang ditimbulkan atau perubahan bentuk yang diakibatkan (jika benda itu pecah). Selanjutnya, melalui kegiatan mengamati dan meniru aktivitas ibu terhadap dirinya, anak akan menerapkan dalam permainan peran bonekanya dari bentuk kegiatan yang diamatinya. Hal ini memberikan pengertian baru bagi anak mengenai perilaku dan kebiasaan harian yang dilakukan seorang ibu kepada anaknya. Oleh karena itu, kegiatan sesederhana apa pun yang dilakukan oleh anak memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan dirinya.

Dinukil dari Buku Bermain dan Permainan Anak. Tadkiroatun Musfiroh & Sri Tatminingsih 2016. Universitas Terbuka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here