Calistung dan Mental Hectic

0
510

Tadkiroatun.id – Calistung dan Mental Hectic, masih terus bergulir sejak Bapak Sudjarwo megeluarkan pernyataan bahwa calistung dapat menyebabkan mental hectic. Untuk menguatkan hal tersebut dikeluarkanlah SK Mendiknas waktu itu, yakni No 58/2009. “Jangan-coba-coba mengajarkan calistung pada anak”

Tidak ada yang keliru dengan peringatan “Jangan coba-coba mengajarkan calistung pada anak” Mengapa? Karena mengajarkan sesuatu pada anak memang dilarang. Mengajarkan mengandung konsep formal dan target driven. Ini tentu perspektif akademis karena sekolah memang bertugas mengajarkan mata pelajaran kepada peserta didik. Tapi mengapa banyak yang menentang?

Banyak orang menganggap bawa “jangan coba-coba mengajarkan calistung pada anak” sebagai (1) “Jangan ada calistung di TK” dan (2) “Calistung dapat berakibat mental hectic” Akibatnya, pada tafsir pertama, para guru tidak berani menampilkan calistung di PAUD formal dan nonformal, dan pada tafsir kedua, para pemerhati menentangnya karena belum ada hasil riset yang menunjukkan pernyataan tersebut. Akibat lanjut yang muncul, para pendidik PAUD tetap mengajarkan calistung secara diam-diam atau berhenti sama sekali bersentuhan dengan huruf dan angka. Di pihak lain, para ahli dan praktisi yang memahami psikologi menentang keras pernyataan bahwa mental hectic disebabkan oleh calistung.

Dengan demikian, persoalan yang sebenarnya adalah “Apakah benar mengajarkan calistung dini dapat berakibat mental hectic?” Jawabnya, “Iya!” Lalu, “Apakah menghadirkan calistung di PAUD dan TK bisa mengakibatkan mental hectic?” Jawabnya, “Belum tentu. Bisa ya, bisa tidak”

Mental hectic merupakan istilah yang mulai populer tahun 2008, yang tidak ditemukan dalam literatur terkait belajar dini, psikolinguistik, maupun psikologi. Meskipun demikian, hampir semua pemerhati anak mengetahui istilah tersebut. Istilah mental hectic mengacu pada ketidakseimbangan unsur-unsur sensor dan berpikir, meliputi apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan, dan apa yang dilakukan. Ketidakseimbangan ini berefek pada kekacauan berpikir dan bertindak sehingga mengarah pada kondisi takut, terancam, tertekan, dan depresi.

Fakta sebenarnya, pun berdasarkan observasi di lapangan, kondisi mental hectic tidak hanya disebabkan oleh calistung. Mental hectic disebabkan oleh banyak hal yang terindikasi sebagai beban bagi anak. Pelajaran sekolah, tugas rumah, kecanduan televisi, kecanduan game, juga berpotensi menimbulkan mental hectic.

Mengajarkan calistung memang berpotensi mental hectic, tapi calistung belum tentu. Calistung yang dikemas dalam permainan, kegiatan bermain, bermakna, dan ada dalam paparan natural, cenderung tidak berisiko mental hectic. Lebih dari itu, calistung yang tepat justru memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai berikut.

  • Calistung yang tepat memantik minat membaca anak-anak. Coba Anda bacakan cerita kepada anak-anak lalu lihat apa efeknya. Mereka akan terlihat suka membaca meskipun dengan makna mereka sendiri.
  • Calistung yang tepat memperkaya kekayaan bahasa tulis anak. Coba Anda bacakan cerita juga pada mereka, bacakan secara tepat. Setelah itu Anda buat ringkasan dalam bentuk tulis. Anda lihat, mereka akan mulai meniru Anda, pura-pura menulis. Cermati, kekayaan bahasa mereka adalah apa yang Anda bacakan. Riset menunjukkan, kekayaan tulisan adalah kekayaan bacaan.
  • Calistung yang tepat mendukung kemampuan logiko-matematik, musikal, dan kinestetik. Meski belum didukung data angka pasti secara eksperimental, fakta di lapangan menunjukkan, anak-anak yang dikenalkan calistung dalam bentuk kategorisasi (permainan huruf-warna atau huruf-bentuk), simbol-lagu, gerak-lagu-simbol, memiliki minat calistung yang relatif baik.
  • Calistung yang tepat memacu kemampuan calistung natural. Coba Anda cek, pada tahap apa kemampuan baca-tulis-hitung anak lalu beri penguatan sedikit di atas tahapan itu. Layani apa yang mereka butuhkan. Jika mereka berada pada tahap fonetis, –misalnya– beri penguatan pada kemampuan ortografis, yakni kemampuan menghubungkan tulisan dengan lafal. Jika berada pada tahapan transisi, beri penguatan pada ejaan melalui pemaparan bentuk yang benar.

Mental hectic memang cenderung muncul dalam pembelajaran calistung dini, terutama praktik pembelajaran calistung yang tidak didasarkan pada tahap kemampuan anak. Materi yang diberikan cenderung sulit, tidak tercerna, tidak melalui tahapan, dan tidak mengikuti prinsip pemerolehan bahasa tulis anak. Oleh karena itu, kenalkanlah calistung dengan cara yang tepat. Tidak perlu takut dengan kemunculan mental hectic asalkan Anda melakukan calistung dengan tepat, melihat anak-anak tampak antusias, dan melihat mereka memiliki kemajuan kecakapan calistung yang natural.

Implikasi dari tulisan ini adalah, sebelum melakukan pengenalan calistung dini, kita perlu belajar bagaimana prinsip pemerolehan bahasa tulis anak, perlu belajar berbagai metode pembelajaran berbasis permainan, dan perlu melibatkan pajanan atau paparan natural di sekitar anak. Pemaksaan calistung dalam bentuk pengajaran calistung dini secara formal berisiko menimbulkan mental hectic pada anak. Pengajaran dan pengenalan adalah dua istilah yang berbeda dalam dunia calistung anak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here