Oleh: Tadkiroatun Musfiroh
Sejumlah riset terus menguatkan temuan sebelumnya bahwa kesehatan dipengaruhi oleh stress dan emosi. Emosi negatif berpotensi mendatangkan sakit dan emosi positif berpotensi membantu pemulihan. Beberapa hasil observasi dan studi para ahli menundukung hipotesis tersebut.
Emosi Negatif
Emosi negatif ada bermacam-macam: benci, marah, dendam, tertekan, takut, atau kecewa. Emosi negatif dapat menyebabkan stres. Meskipun demikian, penelitian di Stanford University School of Medicine menunjukkan bahwa “stres sejenak” memang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan kadar molekul melawan kanker.
-
- Stres Kronis
Meskipun stres sejenak berefek baik, stres kronis berakibat sebaliknya. Adrenalin dan cortisol diproduksi secara berlebih ketika stres kronis terjadi.’Stres kronis membuat tubuh mematikan proses perkembangan dan program rehabilitasi diri, “kata Robert Sapolsky, profesor ilmu biologi di Stanford. “Bukan hanya itu, stress berkepanjangan juga mengganggu memori, menghambat proses sistem kontrol. Stres kronis membentuk depresi dan reproduksi akan menurun. “Paparan stres kronis meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.”
-
- Pesimis dan Putus Asa.
Down, depresi, pesimis, apatis, dan putus asa mempengaruhi kesehatan. Emosi (baca suasana hati) yang kurang baik terkait dengan rendahnya tingkat serotonin dan dopamin. Neurotransmitter yang pembawa rasa nyaman di otak, ini berperan mengatur persepsi nyeri. Inilah mengapa, jika depresi tubuh akan merasa sakit dan nyeri” “kata Dr Jane Flemming. ‘
-
- Cemburu dan Iri hati
Cemburu dan iri hati termasuk emosi negatif yang kuat dan kompleks. Cemburu berisi rasa takut, stres, marah. Demikian halnya dengan iri hati. Iri hati berisi campuran kecemasan, marah, dan stres. Campuran dari ketiga emosi tersebut berakibat langsung pada tekanan darah, detak jantung, tingkat adrenalin. Oleh karena itu, orang yang terserang cemburu dan iri hati cenderung mengalami tekanan darah tinggi, sakit jantung, imunitas turun.
Tentang Emosi Positif
-
- Ekspresi
Emosi positif, menurut Human Communication Research Journal, memiliki efek positif bagi kesehatan. Ketika emosi positif diekspresikan dalam bentuk ekspresi seni seperti menyanyi atau menulis puisi berefek positif. Menyanyikan lagi dan membuat puisi tentang cinta dan kasih sayang, kesetiaan, dapat menurunkan kolesterol secara perlahan.
-
- Mencinta dan Dicinta
Perasaan Emosi jatuh cinta ditandai sebagai emosi positif. Jatuh cinta meningkatkan pertumbuhan saraf baru dan meningkatkan memori. Peneliti dari University of Pavia Italia menyebutkan bahwa perasaan cinta, dicintai, merasa puas memberi efek menenangkan pada tubuh dan pikiran. Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel otak baru dan mempengaruhi memori.
-
- Rasa Syukur
Emosi positif terkait cinta, kepuasan, dan rasa syukur memicu oksitosin. Perasaan syukur meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah dan mempercepat penyembuhan. Dr Rollin McCraty dari Institut HeartMath di AS menyatakan bahwa oksitosin disekresikan oleh hati setiap kali tubuh terhubung dengan emosi positif. Rasa syukur mampu menonaktifkan stres, menyebabkan sistem saraf bersantai, meningkatkan oksigenasi ke jaringan, serta mengharmoniskan aktivitas listrik jantung dan otak.
-
- Tertawa
Tertawa itu sehat. Dalam sebuah studi tentang efek tertawa, Dr Lee Berk dari Loma Linda University di California menemukan bahwa tertawa dapat meningkatkan beta-endorfin hingga 27%, dapat meningkatkan hormon pertumbuhan dan zat yang membantu tidur hingga 87%. Selain itu, tertawa karena melihat film lucu misalnya, cukup untuk mengurangi jumlah hormon stres kortisol dan adrenalin. Ahli jantung di University of Maryland Medical Center menemukan bahwa tertawa dapat mengurangi risiko serangan jantung dengan membatasi stres yang tidak diinginkan.
Mengelola Emosi
Akhirnya, disadari bahwa emosi perlu dikelola. Setiap orang perlu yakin bahwa sistem kekebalan tubuh, tekanan darah dikendalikan oleh rasa syukur, sebuah emosi positif yang relatif terkendali
-
- Pertengkaran dan Diskusi
Pertengkaran membawa emosi negatif, diskusi membawa emosi positif. Perdebatan dan bertengkar dengan pasangan, anak, teman, atau musuh, berefek pada proses penyembuhan luka. Sebuah eksperimen dari OHIO University menyebutkan bahwa subjek yang “dilukai” dan berada dalam situasi konflik lebih lama sembuh 40% daripada subjek yang “dilukai” tetapi terlibat diskusi. Hal ini berarti, orang-orang yang membangun berdiskusi, membangun komunikasi positif, maka tubuh akan memberi reaksi kondusif terhadap penyembuhan luka.
Agama mengajarkan kita untuk menghindari perselisihan agar kita tidak kehilangan banyak orang. Ilmu mengajarkan kita untuk berhenti berselisih karena perselisihan melonjakkan sitokin, salah satu unsur molekul kekebalan tubuh yang memicu peradangan. Tingginya kadar sitokin terkait dengan diabet, jantung, kanker, dan arthritis.
-
- Meluapkan Emosi atau Menahannya
Ketika kita terprovokasi untuk marah, kita berada pada tiga pilihan: menanggapi seperlunya, meluapkan sepuasnya, atau menahannya. Dari ketiga reaksi tersebut, meluapkan dan menahan kematahan merupakan reaksi yang berisiko. Kemarahan yang sering diluapkan atau sering ditahan, menurut studi observasi longitudinal di Michigan menaikkan risiko serangan jantung, stroke, dan kanker.
Observasi di Michigan tersebut dikuatkan oleh studi di College University London yang menyatakan bahwa luapan kemarahan dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah dan denyut jantung sebesar 19 persen. Selain itu, sifat mudah marah dan ketidaksabaran juga cenderung merusak kesehatan.
-
- Menangis atau Menahan
Menangis merupakan salah satu cara untuk menyalurkan emosi. Menurut ahlibiokimia US Dr William Frey, menangis dapat memberi efek positif karena di dalam air mata emosional terkandung hormon dan neurotransmiter cukup tinggi. Menangis berarti membuang racun. Oleh karena itu, tidak disarankan menahan tangis karena menahan tangis dapat berefek kecemasan, menurunkan sistem kekebalan tubuh, mengganggu memori, dan mengganggu pencernaan.
Plosokuning, 121216
Diolah dari berbagai sumber