Tadkiroatun Musfiroh
Setiap orang yang pernah menjalani operasi pasti pernah menerima anestesi. Anestesi memiliki manfaat sekaligus risiko yang tidak ringan. Anestesi tidak hanya menghalangi sinyal rasa sakit tetapi -kadang- juga menghalangi bahkan menutupi sel saraf yang dibutuhkan tubuh untuk tetap bekerja. Anestesi memang membuat tubuh tidak merasakan sakit, tapi juga membuat tubuh tidak bisa bereaksi, tidak dapat menghadapi sedak, dan –kadang- juga membuat tubuh tidak mampu bernapas. Penelitian dari Georgetown University dan Edinburgh University menguatkan efek buruk dari anestesi pasca operasi.
Risiko anestesi yang sedemikian besar, kini mulai diminimalkan. Pasalnya, Dr. Bruce Bean, dkk dari Harvard Medical School membuat riset tentang “anestesi pintar” yang berbahan CABAI alias LOMBOK. Zat yang digunakan adalah rasa pedas dari lombok yang disebut capsaicin. Disinyalir capsaicin dari lombok ini dapat menghalangi sinyal rasa sakit tetapi tidak melumpuhkan dan tidak mempengaruhi memori pasien yang sedang dianestesi.
Lombok –rawit- yang dulu pernah “ditengarai” sebagai salah satu pemicu kanker, telah direhabilitasi namanya oleh penemuan Dr. Bean, meski tidak sepenuhnya. Faktanya, cabai juga dapat menyebabkan iritasi. Meskipun demikian, di tangan Dr. Bean dkk zat pedas pada lombok berhasil diubah menjadi “bom cerdas”, yakni anestesi yang hanya membidik neuron yang merasakan sakit, membukanya untuk anestesi, dan membuatnya mati rasa. Dengan demikian, bagian lain tidak terpengaruh. Neuron sensorik yang mendeteksi bau, rasa, bunyi, penglihatan, dan sentuhan tetap berfungsi. Neuron motorik pun tetap membuat otot berfungsi.
Sangat mungkin temuan ini berhasil total, sehingga pasien tetap bisa berbicara jelas setelah giginya dibor, pasien tetap sadar saat operasi, pasien dapat melihat bayi mereka saat caesar dilakukan, dan yang pasti tidak akan merasakan penderitaan berpuasa pasca operasi. Saat itu, anestesi pintar dari lombok baru diterapkan pada tikus, tapi kini capsaicin sudah diterapkan. Buktinya ada anestesi epidural yang salah satu komponennya adalah capsaicin.*
Satu lagi kehebatan anestesi lombok ini adalah perannya bagi kedokteran kulit. Sebagaimana kita tahu, kulit termasuk studi yang sangat rumit. Salah satu yang populer adalah masalah GATAL. Anestesi lombok ini mampu mendeteksi neuron rasa gatal seperti ia mendeteksi neuron rasa sakit. Hal ini berarti, zat pedas lombok dapat digunakan untuk mengobati gatal, merawat, dan mencegah keparahannya. Memang umumnya rasa gatal itu sementara, tetapi pada pasien tertentu, rasa gatal dapat terjadi terus menerus dan dapat menjadi pertanda penyakit serius seperti infeksi, kanker, dan gangguan kesehatan mental. Pada gatal dengan tingkat keparahan tinggi anestesi lombok ini akan menjadi obat yang sangat solutif dan minim risiko.
Capsaicin pada lombok juga telah dikembangkan menjadi pereda nyeri seperti koyo. Sayangnya saya tidak berani mencobanya. Capsaicin pada koyo membuat kulit saya melepuh. Bagaimana dengan Anda?
*saya tidak tahu pasti apakah capsaicin dalam bius epidural berasal dari lombok atau lada, atau zat lainnya.
:::: Yogyakarta, Pasca hysterectomy ooforectomy bilateral radikal 2015. Disarikan dari berbagai sumber ::::
Gb. bibit.bunga